Pemerintah Suriah mulai memetik hasil dari kebijakan ekonominya yang berorientasi pada pemulihan industri. Lebih dari 1.500 pabrik dilaporkan kembali beroperasi setelah adanya keputusan penting terkait pembebasan bea masuk untuk mesin-mesin industri impor.
Kebijakan ini disampaikan langsung oleh Muhammad Yasin, Wakil Menteri Ekonomi dan Industri Suriah. Menurutnya, insentif tersebut memberi napas baru bagi kalangan pelaku usaha yang selama bertahun-tahun kesulitan menghidupkan kembali sektor produksinya.
Langkah strategis pemerintah ini berhasil mengurangi beban biaya investasi yang sebelumnya menjadi hambatan utama bagi investor, terutama yang harus mengimpor peralatan modern untuk kebutuhan produksi.
Dalam pernyataannya, Yasin juga mengungkapkan bahwa kementerian kini menerima permintaan secara rutin dari para investor industri yang berasal dari luar negeri. Fakta ini menjadi sinyal kuat bahwa kepercayaan terhadap pasar Suriah mulai pulih.
Provinsi Aleppo mencatat jumlah tertinggi dalam pengajuan izin beroperasi kembali bagi pabrik-pabrik. Hal ini tidak mengherankan, mengingat Aleppo sebelum konflik merupakan pusat industri terbesar di Suriah.
Menyusul Aleppo, wilayah pedesaan Damaskus, termasuk kawasan industri Adra, juga menunjukkan tren peningkatan dalam pengajuan permohonan izin operasional. Daerah ini sebelumnya mengalami kerusakan parah akibat perang.
Jenis industri yang kembali beroperasi pun beragam. Yasin menyebut ada sektor kimia, tekstil, pangan, hingga teknik yang mulai mendapatkan lisensi. Keragaman ini dianggap penting untuk memperkuat ketahanan ekonomi nasional.
Pemerintah menilai langkah tersebut sebagai bagian dari proses panjang menuju pemulihan ekonomi, di mana industri diharapkan dapat kembali menjadi salah satu pilar utama pendapatan negara.
Suriah selama ini dikenal memiliki basis industri yang cukup luas, namun sebagian besar hancur atau berhenti akibat perang yang melanda lebih dari satu dekade.
Dengan beroperasinya kembali ribuan pabrik, harapan baru pun tumbuh di kalangan masyarakat pekerja. Banyak yang menilai bahwa peluang lapangan kerja akan terbuka lebar, mengurangi tekanan pengangguran.
Selain itu, pemulihan sektor industri juga akan berdampak langsung pada sektor perdagangan domestik. Produk-produk lokal diharapkan bisa kembali mengisi pasar dengan harga yang lebih terjangkau.
Kebijakan insentif bea masuk mesin juga dipandang sebagai cara pemerintah untuk menarik investasi asing. Investor yang sebelumnya ragu kini mulai melihat prospek baru di pasar Suriah.
Yasin menekankan bahwa pemerintah akan terus mendukung iklim usaha yang sehat dan memberikan perlindungan bagi investor yang ingin menanamkan modalnya.
Perkembangan ini juga membawa harapan bagi komunitas bisnis internasional yang selama ini menunggu stabilitas ekonomi di Suriah.
Sumber di Kementerian Ekonomi menambahkan bahwa pemerintah tidak hanya berhenti pada pembebasan bea masuk, tetapi juga menyiapkan langkah-langkah lanjutan berupa fasilitas kredit dan dukungan logistik.
Hal ini diharapkan mampu mempercepat proses rehabilitasi pabrik-pabrik yang masih menunggu pemulihan infrastruktur pendukung, seperti listrik dan transportasi.
Meski begitu, para pengamat menilai bahwa tantangan tetap ada, terutama terkait dengan keterbatasan energi dan bahan baku. Namun optimisme tetap mendominasi dengan adanya dukungan langsung dari pemerintah.
Aleppo dan Damaskus kini menjadi tolok ukur kebangkitan industri Suriah. Jika keduanya mampu memperlihatkan pemulihan cepat, maka wilayah lain diprediksi akan mengikuti jejak yang sama.
Kebijakan ekonomi yang baru ini dipandang sebagai sinyal bahwa Suriah mulai beralih dari fase bertahan hidup menuju fase pembangunan kembali yang lebih terarah.
Dengan kembalinya 1.500 pabrik ke jalur produksi, Suriah menegaskan bahwa jalan menuju pemulihan ekonomi bukan lagi sekadar wacana, melainkan realitas yang sedang berlangsung.
0 Komentar